Entah Dalam Skala Apa

selamat pagi, siang, sore pengunjung.. ^_^. pertemuan ku dengan suamiku sangat singkat, cuma dengan sekali sms lalu kami bertemu dan langsung saling memperkenalkan keluarga masing-masing. kemudian kami bersepakat untuk menikah. jadi pertemuan kami hanya sekitar 2 bulan dan menikah. sesuatu yang tidak terduga, perasaanpun masih datar dengan hanya mengandalkan niat baik untuk ibadah. tapi setelah menikah, Subhanallah, cinta dan kasih sayang itu mengalir begitu deras tanpa pernah diduga.. dan lahirlah puisi ini :-)


Entah Dalam Skala Apa

entah dalam skala apa
bisa ku ukur ini rasa
padamu,yang tak pernah kuduga
; melimpah ruah sejajar samudra

andai ada skala terkecil selain mikrometer
atau ada waktu terendah selain detik
oh... demi segala kepedihan yang tercecer
lalu teraup, tak menyisa meski setitik

aku ingin,
kau patri sedalam mungkin
segala rasa yang membuatku penuh
totalitasku padamu yang takkan jenuh

hingga waktu
dimana aku dan kau
terpisah hanya oleh nisan!!


Lany Sulystiawati, 01 Agustus 2010

Peta dalam Mimpi

malam menggurat segaris peta dalam mimpiku
tentang caram masa depan yang kini masih kupertahankan
lalu aku tersentak menunjuk jarum yang berdetak
perlahan masih bersama gurat malam yang membekas
menghampiri gemericik dingin air ledeng bercampur kaporit

oh malam, aku gamang
dalam kalam dan perbincangan serius
mulut bisu dalam ribu tanya
hanya hati bercerita :
tentang gusar
tentang binar
tentang perih
tentang kasih
tentang...tentang...



lanysulystiawati, 12 Feb 2010

Sejalan Jalan





sejalan jalan ini tlah kau lewati
dari berkerikil, berbatu, becek, mulus
lalu kembali lagi
semua berputar seperti itu, silih berganti

sejalan jalan ini
kadang rimbun pepohon melindungimu dari terik
udara yang berhembus membelai perlahan
kibaskan helai helai rambut

gersang datang tanpa hujan,
kerontang akar tak terhisap
barang setetes air,
membakar kulitmu ; legam

lalu panas terlalu terik
berfatamorgana
berpeluh dan melelahkan hingga
berniat menyudahi perjalanan

akhirnya
gerimis datang
disaat kau benar lelah dan tak ada daya,
mengguyur legamnya diri,
membasuh debu-debu yang melekat dan pekat

sejalan jalan ini
masih terus kau telusuri
dengan garam-garam yang tlah terkecap
manis pahit juga kesatnya hidup
hingga detik dimana bumi memelukmu



Lanysulytiawati, 12 Feb 2010

Jasad Serupa Tiang

kau hanya menciumi melati yang melilit tiangku

bukan jasad dimana melati itu melingkar.

lalu jasad serupa tiang yang menghiasi rumahmu

hanya serupa tiang dimana kau menyender

dan tiang tak mampu runtuhkan beranda

yang bisa membuatmu koyak

jasad yang menjadi tiang tak beranjak

terus merangkai melati yang selalu kau ciumi

meski jasad serupa tiang




lanysulystiawati, 14 Feb 2010