kau memintaku, mengajakmu
berjalan-jalan menyusuri trotoar di kota kecilku
tak ada apa-apa, hanya lapangan gundul
yang hijaunya kena tebasan gergaji mesin
lalu ku ajak kau kesungai
dan kuceritakan, dulu..air ini bisa kau minum
tanpa kau didih
tapi kini kau didihpun ia mengendap
kemudian lihat itu,
pondasi-pondasi itu, dulu
adalah hamparan emasyang merunduk
dimana perut-perut nyaman tak berontak
tapi kini
lihat dijalan-jalan,
ah! jangankan di jalan-jalan, lihat didapurku
panci menganggur dan debu menghinggapi
piring tetap bertengger diraknya tungkupun tak berapi
lalu kukatakan
tinggal kami menunggu mata terkatup.
iLan, 04 November2009
19.15 |
Diposting oleh
@pRodh3ta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar